KLATEN, INFO DEWATA – Sebanyak 71 peserta dari Asosiasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) empat kecamatan di Kabupaten Tabanan, Bali yakni Selemadeg, Selemadeg Timur, Selemadeg Barat, dan Pupuan melaksanakan kunjungan studi tiru ke Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Selasa, 1 Juli 2025.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas anggota BPD sekaligus memperdalam pemahaman dalam pengelolaan Koperasi Desa Merah Putih yang tengah dikembangkan di Tabanan. Studi tiru ini turut didampingi oleh perwakilan dari Dinas Koperasi, UKM dan Tenaga Kerja Kabupaten Tabanan, termasuk Plt. Kabid KP3K, Ni Wayan Lami Kurniati, S.E., M.M.
Ketua Panitia, Drs. I Ketut Suastika, M.Si., menjelaskan bahwa kegiatan ini sepenuhnya dibiayai oleh APBDes. “Ini adalah bentuk perhatian nyata desa terhadap peningkatan kualitas dan kapasitas BPD. BPD berhak memperoleh tunjangan, operasional, dan pelatihan untuk menunjang tugas pengawasan pembangunan desa,” jelasnya.
Selain itu, ia menegaskan pentingnya sinergi antara BPD, perbekel, dan forum kepala desa untuk mewujudkan pengembangan koperasi berbasis desa. Dua program utama yang menjadi fokus kegiatan ini adalah Bimbingan Teknis (Bimtek) Lokal dan Studi Tiru, yang keduanya menitikberatkan pada pengembangan koperasi desa.
Desa Ponggok dipilih sebagai tujuan studi tiru karena sukses besar yang diraih dalam pengelolaan potensi desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri. Dulu termasuk desa tertinggal, kini Ponggok dikenal sebagai salah satu desa terkaya di Indonesia, dengan pendapatan BUMDes mencapai miliaran rupiah per tahun.
Menurut pengelola BUMDes Tirta Mandiri, Suyantoko, rahasia keberhasilan Ponggok dimulai dari hal kecil namun mendasar, seperti mengajarkan warga untuk ramah dan tersenyum. Bahkan anak-anak pun diwajibkan menghafal visi dan misi desa sejak dini sebagai bentuk penanaman rasa memiliki terhadap kampung halamannya.
Pemerintah desa juga mengedepankan transparansi. “Laporan laba rugi, neraca, hingga permodalan disusun dengan sistem akuntansi profesional dan dibuka ke publik agar masyarakat bisa memantau,” ungkap Suyantoko.
Kepala Desa Ponggok, Junaedi Mulyono, menambahkan bahwa kemajuan desanya merupakan hasil kolaborasi dengan akademisi dari 32 universitas melalui program pengabdian masyarakat. Perencanaan pembangunan pun selalu melibatkan tenaga ahli agar tetap tepat sasaran dan berkelanjutan.
Terkait Koperasi Desa Merah Putih, Junaedi menjelaskan bahwa koperasi ini dikembangkan berbasis data dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Kolaborasi erat dilakukan dengan BUMDes sebagai tulang punggung ekonomi desa.
BUMDes Tirta Mandiri sendiri kini memiliki usaha di berbagai sektor, mulai dari wisata air, kuliner, penginapan, toko desa, jasa penyewaan gedung, hingga budidaya ikan nila dan udang galah. Keberhasilan ini berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan desa yang merata.
Melalui studi tiru ini, para peserta dari Tabanan diharapkan dapat mengadopsi strategi dan prinsip-prinsip pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat seperti yang diterapkan di Ponggok. Ketua Asosiasi BPD dari masing-masing kecamatan serta Ketua Forum Perbekel Selemadeg turut hadir dan menyatakan kesiapan untuk menindaklanjuti hasil kunjungan ini dengan program nyata di desa masing-masing. (Sb)