JEMBRANA, INFO DEWATA – Untuk pertama kalinya dalam sejarah Kepolisian Resort Jembrana, seorang perwira polisi wanita resmi menjabat sebagai Kapolres. AKBP Kadek Citra Dewi Suparwati, Rabu (9/4), dilantik menjadi pucuk pimpinan Polres Jembrana dalam sebuah upacara serah terima jabatan di Mapolda Bali pada Kamis (10/4).
Lulusan Akademi Kepolisian tahun 2006 ini bukan hanya mencetak sejarah sebagai Polwan pertama yang memimpin di wilayah paling barat Pulau Bali itu, tetapi juga membawa harapan baru terkait penanganan isu-isu sosial, khususnya kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Perwira kelahiran Denpasar, 14 Oktober 1984, ini telah menapaki berbagai jabatan strategis sejak awal kariernya. Mulai dari Kanit Idik I Sat Reskrim Polres Mojokerto Kota, Kanit Regident di Polresta Tuban, hingga menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Tabanan selama 9 tahun.
Kariernya terus menanjak, termasuk di lingkungan Mabes Polri, hingga mengikuti pendidikan Sespimen pada 2022. Sebelum ditugaskan di Jembrana, AKBP Citra menjabat sebagai Kasubbag Non-APBN di Rojemengar Srena Polri.
Dalam pernyataan resminya, AKBP Citra menyampaikan komitmennya untuk mengedepankan langkah preventif dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Ia menyoroti tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jembrana dan berjanji menjadikan isu tersebut sebagai prioritas utama.
“Kita harus melakukan sosialisasi dan edukasi yang masif, melibatkan sinergi semua pihak baik dari unsur kepolisian, pemerintah daerah, hingga masyarakat sipil untuk menekan angka kekerasan yang ada,” tegasnya.
Pengangkatan AKBP Kadek Citra sebagai Kapolres perempuan pertama di Jembrana menjadi cerminan dari arah reformasi institusi Polri yang lebih inklusif dan responsif terhadap isu-isu sosial yang selama ini sering terpinggirkan dalam narasi keamanan.
AKBP Citra didampingi sang suami, Letkol Laut (P) I Wayan Rusdiana, seorang perwira TNI AL yang kini menjabat sebagai Komandan Tim Intel Adam IV Batam. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak yang saat ini menempuh pendidikan di Jakarta.
Kehidupan pribadi yang mapan dan dukungan dari pasangan lintas lembaga negara dinilai menjadi salah satu kekuatan dalam menjalankan tugas berat di daerah yang kompleks secara sosial dan budaya seperti Jembrana.
Penempatan sosok seperti AKBP Citra di wilayah strategis seperti Jembrana bisa menjadi preseden bagi penempatan perwira perempuan lainnya di daerah-daerah yang memiliki persoalan sosial akut. Ke depan, keberhasilan atau kegagalannya dalam menangani isu perempuan dan anak akan menjadi indikator penting keberhasilan pendekatan humanis dalam strategi keamanan nasional. (*)