Peristiwa

BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengancam Meski Musim Kemarau Telah Dimulai

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan penjelasan terkait potensi cuaca ekstrem yang masih mengancam meskipun musim kemarau telah dimulai. (Foto: Istimewa)
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan penjelasan terkait potensi cuaca ekstrem yang masih mengancam meskipun musim kemarau telah dimulai. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, INFO DEWATA – Cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah Indonesia meskipun musim kemarau secara klimatologis telah dimulai. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap ancaman hujan lebat, petir, angin kencang, dan gelombang tinggi yang masih mungkin terjadi dalam sepekan ke depan.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (11/7/2025), menjelaskan bahwa baru sekitar 30 persen zona musim di Indonesia benar-benar memasuki musim kemarau. Sementara itu, sebagian besar wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua masih mengalami hujan intensitas sedang hingga lebat, yang berpotensi disertai petir dan angin kencang.

Wagub Giri Prasta Ajak Semeton Pasek Jaga Warisan Leluhur dan Perkuat Persatuan di Lokasabha Karangasem

Menurutnya, fenomena atmosfer seperti gelombang ekuatorial Rossby dan Kelvin, zona konvergensi dan pertemuan angin, serta potensi sirkulasi siklonik di Samudra Hindia dan Pasifik menjadi pemicu terbentuknya awan-awan konvektif yang menghasilkan hujan deras.

“Meskipun kita berada di pertengahan musim kemarau, dinamika atmosfer global dan regional masih mendukung terbentuknya cuaca ekstrem di banyak wilayah,” ujar Dwikorita.

BMKG mencatat intensitas hujan tinggi di sejumlah wilayah selama beberapa hari terakhir. Pada 9 Juli, hujan harian di atas 50 mm terjadi di Nabire dan Kalimantan Barat, sementara sehari sebelumnya hujan sangat lebat melanda Papua Barat, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Maluku, dan Papua. Kondisi tersebut telah menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, genangan, pohon tumbang, hingga kerusakan infrastruktur.

BMKG memprakirakan bahwa periode 12–18 Juli 2025 masih berisiko tinggi terhadap cuaca ekstrem. Hujan lebat diperkirakan terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan, sementara angin kencang berpotensi melanda Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.

Di wilayah perairan, BMKG mengeluarkan peringatan terhadap gelombang tinggi akibat kecepatan angin di atas 25 knot. Perairan yang terdampak meliputi Laut Cina Selatan, Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur, Laut Arafuru, Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram, Samudera Pasifik utara Maluku Utara, hingga Samudera Hindia selatan Jawa dan NTT.

Dwikorita menegaskan bahwa masyarakat harus tetap waspada meskipun sedang berada di musim kemarau. Ia mengimbau warga untuk menjauhi area terbuka saat terjadi petir, menghindari pohon dan bangunan tua saat angin kencang, serta menjaga kondisi tubuh karena cuaca panas masih mungkin terjadi di tengah pola hujan yang aktif.

“Jangan lengah. Cuaca bisa berubah secara tiba-tiba dan dampaknya bisa sangat besar,” tegasnya.

Sebagai langkah mitigasi, BMKG mengajak masyarakat dan pemangku kebijakan untuk memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs www.bmkg.go.id, aplikasi InfoBMKG, dan media sosial @infoBMKG. Pembaruan informasi akan terus disampaikan seiring perkembangan dinamika atmosfer nasional dan regional.

Tertidur di Jalan Usai Mabuk, Motor Pemuda Ini Dibawa Kabur Pencuri

Bagikan