Peristiwa

Harapan di Tengah Duka: Keluarga Korban KMP Tunu Pratama Jaya Gelar Ritual Mulang Pakelem di Selat Bali

Umat Hindu di Jembrana menggelar prosesi ritual Mulang Pakelem di Pelabuhan Gilimanuk, sebagai bentuk persembahan suci ke tengah laut untuk memohon keselamatan dan keharmonisan alam. (Foto: Istimewa)
Umat Hindu di Jembrana menggelar prosesi ritual Mulang Pakelem di Pelabuhan Gilimanuk, sebagai bentuk persembahan suci ke tengah laut untuk memohon keselamatan dan keharmonisan alam. (Foto: Istimewa)

JEMBRANA, INFO DEWATA – Duka masih menyelimuti keluarga I Komang Surata (55), sopir truk asal Lingkungan Menega, Kelurahan Dauhwaru, Jembrana, yang hingga kini belum ditemukan usai insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Kamis, 3 Juli 2025 lalu. Dalam upaya spiritual untuk mempercepat pencarian, keluarga korban menggelar upacara Mulang Pakelem di perairan Selat Bali pada Jumat, 25 Juli 2025.

Prosesi yang sarat makna ini diikuti oleh pihak keluarga dengan harapan jasad Komang Surata segera ditemukan. Istrinya, Ni Komang Wiardani (46), mengungkapkan bahwa selama tiga pekan pascakejadian, keluarga masih belum tenang karena jasad sang suami belum diketemukan. “Masih belum tenang sepenuhnya, karena jenazah suami saya belum ketemu,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Jenazah Korban Terseret Arus di Pantai Kelan Ditemukan di Perairan Benoa

Sejak hari pertama insiden, keluarga terus memanjatkan doa dan mengikuti rangkaian upacara keagamaan agar Komang Surata dapat ditemukan. “Kita sembahyang dan mendoakan suami agar bisa segera ditemukan. Mengikuti prosesi ini juga dengan harapan yang sama, semoga jika masih terjebak di bawah kapal, bisa keluar dan ditemukan,” tutur Wiardani.

Rasa kehilangan semakin mendalam ketika keluarga juga harus menggelar upacara pengabenan tanpa jasad. Tragisnya, kakak kandung korban turut meninggal dunia karena syok setelah mendengar kabar tenggelamnya sang adik, dan upacara pengabenan keduanya dilakukan bersamaan pada pekan lalu.

Wiardani menuturkan bahwa hingga kini ia belum mendapatkan mimpi atau pawisik dari almarhum suaminya, yang biasanya diyakini masyarakat Bali sebagai petunjuk spiritual. Sementara itu, proses identifikasi melalui tes DNA yang dilakukan pihak kepolisian belum menunjukkan perkembangan berarti. Ia menyebutkan bahwa hasilnya masih dalam proses di Jakarta.

Selain memohon agar jasad suaminya segera ditemukan, Wiardani juga berharap tidak ada lagi kejadian serupa yang menimpa penyeberang Selat Bali. Kekhawatiran itu muncul lantaran putra sulungnya juga bekerja sebagai sopir truk lintas Jawa-Bali. “Kami harap setelah upacara Mulang Pakelem ini, kejadian yang sama tidak terulang kembali,” ujarnya lirih.

Sebagai informasi, Komang Surata adalah salah satu dari sejumlah korban tenggelamnya kapal feri KMP Tunu Pratama Jaya. Ia tengah bertugas membawa muatan semen dari Pulau Jawa menuju Bali saat musibah terjadi dini hari. Hingga kini, ia masih dinyatakan hilang dan pencarian terus dilakukan untuk memberikan kepastian kepada keluarga yang ditinggalkan. (*)

Bagikan