BUDAYA, INFO DEWATA – Masyarakat Bali hidup dalam tatanan sosial yang tidak hanya diatur oleh hukum negara, tetapi juga oleh hukum adat yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu bentuk hukum adat tersebut dikenal dengan nama Pararem, aturan tidak tertulis yang disepakati secara kolektif oleh masyarakat adat dalam suatu desa pakraman atau desa adat.
“Pararem adalah kesepakatan bersama yang mengikat seluruh krama desa. Fungsinya hampir sama seperti hukum positif, hanya saja sifatnya berbasis adat dan budaya lokal,” ujar I Ketut Budiarsa, tokoh adat di Desa Peliatan, Gianyar.
Apa Itu Pararem?
Pararem merupakan peraturan adat tambahan yang dibuat oleh krama (warga) desa adat berdasarkan kebutuhan lokal tertentu. Berbeda dengan Awig-awig, yang bersifat pokok dan berlaku secara umum serta disahkan secara adat dalam suatu desa, pararem bersifat lebih fleksibel dan spesifik, biasanya dibuat untuk mengatur situasi tertentu seperti penyelenggaraan upacara, tata cara ngayah, hingga urusan sosial dan lingkungan.
Siapa yang Membuat Pararem?
Pembuatan pararem dilakukan oleh krama desa dalam paruman (rapat adat). Prosesnya bersifat demokratis dan berbasis musyawarah. Setelah disepakati, pararem tersebut langsung berlaku dan mengikat seluruh anggota masyarakat adat di wilayah tersebut.
Di Mana Pararem Berlaku?
Pararem hanya berlaku di dalam wilayah desa adat yang membuatnya. Satu desa adat bisa memiliki pararem yang berbeda dengan desa lain, tergantung kebutuhan dan tradisi lokal masing-masing.
Kapan Pararem Diterapkan?
Pararem bisa dibuat dan diberlakukan kapan saja jika ada kebutuhan khusus. Misalnya saat muncul persoalan sosial yang tidak diatur dalam awig-awig, atau untuk menanggapi dinamika baru dalam kehidupan masyarakat, seperti perilaku remaja, tata kelola sampah, hingga penggunaan media sosial di lingkungan adat.
Mengapa Pararem Penting?
Pararem berfungsi sebagai penjaga harmoni sosial di masyarakat Bali. Dengan adanya pararem, masyarakat adat memiliki mekanisme untuk mengatur kehidupan bersama sesuai dengan nilai-nilai lokal. Pararem juga membantu desa adat tetap adaptif terhadap perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri.
Bagaimana Sanksi Diterapkan?
Sanksi terhadap pelanggaran pararem bisa beragam, tergantung isi kesepakatan. Bentuknya mulai dari teguran, denda, hingga pengucilan adat. “Sanksi adat tidak bertujuan menghukum secara keras, melainkan untuk mendidik dan menjaga keharmonisan desa,” tambah Budiarsa.
Pararem mencerminkan betapa kuat dan hidupnya kearifan lokal di Bali. Aturan ini menjadi bukti bahwa masyarakat adat di Pulau Dewata memiliki sistem sosial yang solid, dinamis, dan tetap relevan dalam kehidupan modern. (*)